Terima kasih kepada para mubaligh yang secara spontan mengagetkan saya dengan melontarkan kata “Syubhat !!”, “Eeh kaget!! “. Syubhat sen...

 

 

Terima kasih kepada para mubaligh yang secara spontan mengagetkan saya dengan melontarkan kata “Syubhat !!”, “Eeh kaget!! “. Syubhat sendiri ternyata artinya adalah keadaan yang abu-abu, yang tidak jelas antara perbuatan dosa dan kebaikan. Hal ini seringkali dilontarkan oleh para oknum mubaligh kepada umat Islam yang (biasanya) berprofesi sebagai seniman dan bankir. Mendengar kata itu awalnya saya terkejut tetapi setelah saya melamun, sebenarnya  sejak kita sholat pertama kali bukankah itu sudah termasuk syubhat? Dan itu mengapa muncul ayat “celakalah orang yang sholat” (Al Ma’un: 4) maka dari itu ketika profesi musik, bankir, dll disebut syubhat, seharusnya bukan menjadi hal yang menakutkan atau ditakutkan, tetapi harus tetap dijalani dengan benar karena itulah sunnatullah dalam menjalani hidup.

 

Beberapa waktu lalu bahkan ada daftar profesi-profesi yang diharamkan oleh oknum mubaligh yang tersebar melalui internet, entah itu hanya hoaks atau serius? Tetapi yang jelas menimbulkan kehebohan. Ketika beberapa mubaligh memerintahkan para pekerja yang memiliki kompetensi atau bakat di bidangnya untuk hijrah (keluar dari profesi), ini justru menjadi berbahaya karena membuat umat muslim tidak bisa mengembangkan keahlian di bidangnya, bahkan bisa dibilang ini adalah bentuk lari dari sunnatullah.

 

Saran saya beberapa mubaligh itu harus berpikir lebih efektif dan produktif, memang benar masih ada unsur riba dalam profesi bankir, tetapi profesi bankir masih sangat melekat dalam kehidupan umat manusia tidak terkecuali umat Islam. Dan ini sudah menjadi sebuah sistem yang ada di seluruh dunia. Keluar dalam lingkaran profesi bankir juga tidak membuat umat muslim berjaya atau mengalahkan kaum kafir, justru kita sendiri yang akan merugi karena tidak bisa mengikuti perkembangan ilmu dalam profesi ini, apalagi mau mengubah sistem yang penuh riba ? masih terlalu jauh.

 

Begitu juga dengan musik yang masih melekat dalam lika liku kehidupan kita, saya masih ingat Buku “Dimensi Mistik Musik & Bunyi” karya Hazrat Inayat Khan. Dalam buku itu dijelaskan bahwa musik sebagai awal dan akhir kehidupan semesta alam, karena seluruh manifestasinya merupakan fenomena bunyi, karena segala sesuatu dibuat dengan kekuatan bunyi, dan vibrasi. Dalam injil ada pernyataan bahwa yang pertama-tama adalah kata, kemudian muncul cahaya. Lalu al quran dalam kaitan ini mengatakan ‘Kun Fayakun’ “jadilah, maka jadilah ia”. Dengan kata lain dari dunia suara muncul dunia bentuk. Karena itu orang Hindu menyebutnya Nada Brahma, Suara Dewa, Sang Pencipta. Dan yang terakhir kekuatan perusak yaitu tiupan sangkakala terakhir melambangkan kekuatan perusak dari suara itu.

 

Ditambah  lagi dalam Buku Islam & Seni karya Yusuf Qardhawi, seorang mujtahid (ahli tafsir) dan juga tokoh Ikhwanul Muslimin berkata bahwa “tidak pernah ditemukan satu hadis pun tentang keharaman musik yang sanad-nya langsung naik kepada Rasulullah SAW”. Dalam buku tersebut dijelaskan “Al Qadhi Abu Bakar ibn al-Arabi dalam Al-Ahkam mengatakan bahwa tidak sah mengharamkan lagu/musik sedikitpun. Demikian juga menurut Al-Ghazali dan Ibn-Nahwi dalam Al-Umdah”.

 

Dalam profesi seni ada baiknya mubaligh ikut belajar dan menikmati kesenian agar bisa menikmati keindahan-keindahan yang tak kasat mata, menikmati suara indah sebagai bentuk naluri alami manusia. Mendekatkan diri kepada Tuhan melalui rasa akan lebih elegan daripada mendekat karena dipaksa.

 

Kita sudah tertinggal dalam hal kualitas sumber daya manusia, ditambah lagi dengan serbuan fatwa kepada profesi yang dianggap “abu-abu” itu. Jangan disangkal dengan pembenaran “semua akan diganti dengan yang lebih baik oleh Allah SWT bila kita berada di jalan Allah” bagaimana mau dibalas dengan yang lebih baik jika jalannya sendiri difatwa haram? karena setiap profesi (yang tidak melanggar hukum) adalah sunatullah dalam realita menjalani hidup. Lagipula pekerjaan apa yang yang murni dan bersih dari syubhat? Rasanya kita tidak pernah bisa menghindar dari hal yang syubhat, bahkan sholat saja bisa menjadi syubhat. Kita semua tau bahwa al quran dan dana haji pernah dikorupsi, padahal oknum tersebut berada dalam profesi yang “cerah” dari segi kemapanan finansial dan norma sosial.

 

Sudah menjadi tugas besar para mubaligh untuk bisa menjaga umatnya agar tetap berada di jalan-Nya. Lebih spesifik lagi, dakwah yang tepat bagi para bankir dan pejabat adalah tentang anti korupsi, makan gaji buta, dan memanfaatkan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi. Saya rasa itu lebih berhubungan dengan masalah kita saat ini, daripada dakwah yang menganjurkan umatnya untuk lari dari profesi bankir karena riba. Yang sebenarnya hanya lari dari satu masalah menuju ke masalah baru yang lebih banyak.

 

Berfatwa melalui konstruksi pola pikir yang runut adalah upaya untuk menolong Agama Allah, seperti yang tertera dalam ayat ini, "Hai orang-orang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, pasti Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS Muhammad: 7). Maka dari itu Agama Allah harus ditolong dengan meningkatkan potensi dan bakat umat Islam itu sendiri, biar ga malu-maluin.

  #MELAMUN Berhenti Di Covid 19   Sudah enam bulan lamanya kita semua menghadapi pandemi, saya sangat bersyukur karena ma...

 

#MELAMUN

Berhenti Di Covid 19


 

Sudah enam bulan lamanya kita semua menghadapi pandemi, saya sangat bersyukur karena masih hidup dalam penuh nikmat walaupun ruang gerak memang sangat terbatas ditambah suasana was-was. Covid 19 banyak “menampar” kita semua dengan membulak-balikan tatanan yang sudah kokoh, rutinitas yang sudah terjaga dan terencana sejak lama menjadi buyar semua. Pertanda apa ? konspirasi ? rasanya memang benar ada konspirasi, seperti kata para ahli “Yaa ibarat kata deh yaa, bos-bos yang paling paham dah, ama yang begitu-begituan”.

 

Dalam lamunan, saya menyimpulkan bahwa Covid 19 memang hasil konspirasi, tetapi datangnya dari “Langit” dari pemilik semesta alam, terus terang saya tidak mau tanggung-tanggung dalam berprasangka, bentuk-bentuk tuduhan yang dituduhkan kepada agen-agen dunia rasanya masih kurang mantiq, maka dari itu siapa lagi kalau bukan konspirasi pemilik semesta alam? Karena memang semua atas kehendakNya. Saya mencoba membaca “kode-kode morse” yang muncul pasca hadirnya Covid 19, kondisi dunia saat ini sedang soleh-solehnya, bisa dibilang pendulum kesalehan masyarakat sedang sangat berat ke kanan, dan pada prakteknya kadang menjadi sebuah formalitas tanpa makna bahkan hiperbola.

 

Apakah ini sebuah pertanda? Dalam sholat berjamaah, wajib untuk merapatkan shaf, tetapi karena fenomena Covid 19 harus jaga jarak, padahal ini menjadi syarat mutlak, bahkan setan akan masuk disela-sela barisan jika tidak rapat. Sholat jumat yang selalu dilakukan di Masjid, malah dilakukan di rumah masing-masing agar selamat dari Covid 19, semua yang sudah dianggap mutlak, menjadi tidak mutlak. Ini mengingatkan kembali tentang kisah Nabi Musa & Nabi Khidir yang sedang diuji oleh Allah SWT, Nabi Musa seorang Ahlul Kitab bisa dibulak balik prinsipnya melalui Nabi Khidir dan semua atas kehendak  Yang Maha Kuasa. Dalam logika konspirasi, saya berpendapat bahwa memang sedang ada konspirasi untuk menarik kembali pendulum kesalehan yang berat ke kanan itu untuk kembali ke posisi moderat, guna mengurangi mudarat.

 

Ditambah gelombang informasi tentang konspirasi semakin memuncak dalam 5 tahun terakhir, bahkan semakin banyak masyarakat yang membicarakannya tidak seperti obrolan biasa, melainkan seperti berdzikir, “konspirasi… konspirasi… konspirasi…”. Saya mencoba  menjabarkannya berdasarkan logika konspirasi bahwa, ketika masyarakat percaya dan semakin mengamalkannya dengan kata-kata, maka apa yang diucapkan akan benar-benar  terjadi, hal ini seperti Metode Afirmasi yang terus terstimulasi, oleh karena itu Kun Fayakun!! Jadilah maka terjadilah ia, sebuah Zat yang maha tinggi pemilik hak veto konspirasi akhirnya menciptakan Covid 19.

 

Sebuah virus yang sangat eksperimental yang kandungannya bisa berubah-ubah dan menimbulkan prasangka-prasangka negatif ke berbagai pihak, jika masyarakat kemarin-kemarin terus mengamalkan kata “ekonomi hancur” “ekonomi bobrok” Kun Fayakun!! jadilah maka terjadilah ia, melalui kekuatan Covid 19 yang faktanya sedang terjadi saat ini.

 

Bisakah kita berprasangka yang baik-baik saja? agar prasangka buruk itu tidak lagi terijabah olehNya melalui Afirmasi secara tidak sadar, yang akhirnya  berdampak buruk bagi sesama ? Dalam kondisi seperti ini, faktanya kita masih berhenti di Covid 19, semua ini belum benar-benar selesai. Jika masih selamat dari Covid 19, dan masih terjaga dalam lingkungan yang aman, maka sikap yang utama sebaiknya bersyukur dan mawas diri, bukan kampanye menunjukan kemubadziran diri. Semoga para pahlawan tenaga medis di garda depan selalu diberkahi dan selalu sehat, SALAM HORMAT \m/.

    Pindahan Di Tempat Hari ini banyak sekali orang yang berbondong-bondong untuk melakukan hijrah, seraya ingin mengha...

 

 

Pindahan Di Tempat

Hari ini banyak sekali orang yang berbondong-bondong untuk melakukan hijrah, seraya ingin menghapus dosa yang pernah ia buat dan juga sebagai media “menjemput hidayah”, mayoritas bercerita tentang masa lalunya yang kelam dan terkadang hal itu seringkali dijadikan bahan motivasi berdakwah, menjual masa lalu yang kelam lalu digiring untuk melakukan hijrah. Tentunya mayoritas masyarakat akan setuju dengan hal-hal seperti itu, saya sendiri juga setuju, tidak ada yang salah karena ini sebuah kampanye positif, hanya saja yang terpenting adalah bagaimana kita sebagai manusia menyikapi fenomena hijrah ini agar tetap terjaga dalam guncangan.

 

Satu sisi para pendengar akan dibuat penasaran bahkan terhibur dengan kisah masa lalu mereka yang kelam, penuh kesalahan, penuh penyesalan, lalu tiba-tiba ia tersadar dan taubat. Lama kelamaan muncul pertanyaan dalam lamunan saya, mengapa para pemabuk dan penggemar seks bebas ini bisa menyesali perbuatan itu sejadi-jadinya? Sampai hijrah pula? Padahal, kedua hal tersebut dibutuhkan sebuah tanggung jawab dan kebijaksanaan dalam mempraktekannya, hal yang paling mendasar jika gemar minum sudah pasti harus berusia 21+ dan ‘tahu batasnya’, artinya dalam keadaan mabuk pun harus memiliki “kesadaran” yang kokoh. Jika gemar seks minimal jangan malu untuk membeli alat kontrasepsi agar mengurangi resiko terhadap  pasangan dan tentunya diri sendiri.

 

Mungkin ini maknanya dari sebuah pendidikan karakter dan pentingnya edukasi tentang hal tabu sekalipun, sehingga tidak terjadi kekagetan moral dalam diri kita, bagi saya edukasi untuk mengenal apa yang kita sukai adalah pondasi awal sebelum mengenalkan agama. Artinya begini, ketika para “pendosa” itu melakukan aktivitas kedosaannya dengan penuh pengetahuan, tanggung jawab dan kebijaksanaan, pada saat mereka bertemu dengan hidayah pastinya akan diterima dengan jiwa yang kokoh, dan sudah pasti akan beragama dengan bijak, tidak genit “sekedar mengingatkan” para pendosa lain yang belum menemukan hidayah, karena semua memiliki kesempatan dan waktunya masing-masing.

 

Hal ini akan menjadi sebuah kerancuan besar ketika ada seseorang yang terlalu maksiat dan pada saat bertemu hidayah menjadi terlalu akhirat. Dari kata “terlalu” itu saja sebenarnya tidak menunjukan perubahan melainkan sebuah kemandekan yang tidak mengubah apapun, kenapa? Karena sebenarnya ia tetap dalam keadaan ekstrim, hanya saja posisinya dari ekstrim kiri ke ekstrim kanan, yang hasilnya akan sama-sama berlebihan dan tidak sesuai dengan konsep Islam.

 

Sedangkan pembentukan karakter melalui edukasi sangat penting untuk menjaga kendali diri (tahu batas), mengetahui apa yang kita suka, tidak kagetan, dan kebal terhadap bisikan-bisikan setan (memiliki prinsip). Hal ini sangat tepat untuk menciptakan jati diri yang moderat sesuai konsep Islam itu sendiri yaitu ummat al wasath (umat pertengahan).

 

Akhir kata, ternyata melamun juga memabukkan.

Pergolakan Pemikiran Islam Catatan Harian Ahmad Wahib Saya kira Ahmad Wahib (Alm) seorang visioner, bisa menebak, mengkritik,...


Pergolakan Pemikiran Islam
Catatan Harian Ahmad Wahib



Saya kira Ahmad Wahib (Alm) seorang visioner, bisa menebak, mengkritik, gelisah pada apa-apa yang terjadi pada saat ini (2018) tapi setelah direnungkan kembali, ternyata TIDAK, Ahmad Wahib bukan seorang visioner melainkan apa yang ia gelisahkan tentang pemikiran agama ditengah masyarakat kita belum berubah, pasca Ahmad Wahib menulis pemikirannya di buku harian pada akhir 60'an. Bahkan jika ia masih hidup saat ini saya rasa dia akan lelah karena apa yang membuatnya terus gelisah justru semakin sukses ditengah masyarakat kita sekarang.

Almarhum Ahmad Wahib berasal dari lingkungan agama yang terkenal sangat teguh, Madura. Dalam pendidikan, Almarhum adalah mahasiswa fakultas eksakta, Fakultas Ilmu Pasti dan Alam, dalam pembicaraan-pembicaraan di Lingkaran Diskusi, memang Ahmad Wahib seringkali mengeluarkan pendapat-pendapat yang tidak biasa didengar oleh banyak orang. Terutama masalah-masalah agama seperti contoh kutipan Ahmad Wahib 
dibawah ini :

“Sebagian orang meminta agar saya berpikir dalam batas-batas Tauhid, sebagai konklusi globalitas ajaran Islam. Aneh, mengapa berpikir hendak dibatasi. Apakah Tuhan itu takut terhadap rasio yang diciptakan oleh Tuhan itu sendiri? Saya percaya pada Tuhan, tapi Tuhan bukanlah daerah terlarang bagi pemikiran. Tuhan ada bukan untuk tidak dipikirkan “adanya”. Tuhan bersifat wujud bukan untuk kebal dari sorotan kritik. Sesungguhnya orang yang mengakui ber-Tuhan, tapi menolak berpikir bebas berarti menghina rasionalitas eksistensinya Tuhan. Jadi dia menghina Tuhan karena kepercayaannya hanya sekedar kepura-puraan yang tersembunyi.”

17 July 1969

“Kalau suatu golongan atau umumnya umat Islam lemah, dalam suatu peristiwa atau hal tertentu, maka dengan cepat orang-orang terpelajar muslim dan saya pun dulu begitu juga – berkata bahwa yang salah adalah orang Islamnya bukan Islamnya. Ini adalah suatu bentuk dari tidak adanya kebebasan berpikir. Orang takut untuk mempertimbangkan kemungkinan adanya kritik terhadap Islam. Kemungkinan adanya kritik sudah ditutup karena Islam sudah apriori dianggap betul dan kebal terhadap kemungkinan mengandung kelemahan. Apakah tidak mungkin Islam itu sendiri mengandung kelemahan ? Saya sendiri sampai sekarang masih bertanya-tanya. Saya ingin menjadi muslim yang baik dengan selalu bertanya. Saya tidak bisa mengelak dari pikiran. Di mana saya berada, ke mana saya menuju di situ dan ke sana pikiran itu ada dan bertanya. Bekerjanya pikiran itu telah melekat pada adanya manusia. Taka ada kerja pikir berarti taka ada manusia. Karena itu taka da jalan lain kecuali menggunakan daya pikir itu semaksimal mungkin. Dan titik akhir dari usaha dan menilai usaha ialah kematian”

25 Desember 1969

Dua contoh kutipan buku harian di atas adalah contoh-contoh kecil kebebasan berpikir seorang Ahmad Wahib dalam meyakinkan dirinya akan kehadiran Tuhan. Bagi saya Ahmad Wahib bukan seorang pencari Tuhan melainkan seorang yang terlalu cinta akan Tuhannya, barangkali ia sudah yakin akan kehadiran Tuhan namun ia ingin menggunakan bahasa-bahasa lain untuk mengungkapkan cintanya kepada Tuhan, jadi tidak hanya sekedar kalimat “Aku Cinta Kamu” namun lebih dari itu. Pendapat saya ini juga bukan asal karena ini juga berasal dari kutipan Ahmad Wahib :

 Tuhan, aku menghadap padamu bukan hanya di saat aku cinta padamu, tapi juga di saat-saat aku tidak cinta dan tidak mengerti tentang dirimu, di saat-saat aku seolah-olah memberontak terhadap kekuasaanmu. Dengan demikian, Rabbi aku mengharap cintaku padamu akan pulih kembali. Aku tidak bisa menunggu cinta untuk sebuah Sholat”
18 Mei 1969  

Pada akhirnya menurut saya pemikiran Ahmad Wahib bukan untuk disetujui atau tidak setuju, melainkan untuk direnungkan. Atau biarlah semua orang tidak perlu menyetujui pemikirannya agar Ahmad Wahib selalu menjadi “Oase” bagi mereka yang membutuhkan cara pandang lain yang menyegarkan terhadap Islam.

Perdebatan akan selalu ada, mengingat Imam Ghazali & Ibn Rusyd saja berbeda pendapat mengenai hal yang bersifat Tauhid. Hasil dari kedua pemikiran mereka pun mengajarkan pada pentingnya menggunakan akal yang disertai keImanan yang kuat, dalam memahami ketuhanan dan alam semesta.

Ahmad Wahib Meninggal pada 31 Maret 1973 setelah sebuah motor menabraknya dari belakang, di persimpangan jalan Senen Raya-Kalilio. Ia meninggal pada usia yang terbilang cukup muda, 31 tahun.





PERGOLAKAN PEMIKIRAN ISLAM
Ahmad Wahib

PENYUNTING
-Djohan Effendi
-Ismed Natsir

PENERBIT
LP3ES

Depresi: Mengapa terjadi, bagaimana mengatasinya? Dimulai dari membaca kata pengantar, saya sudah seperti berada dalam...





Depresi:
Mengapa terjadi, bagaimana mengatasinya?

Dimulai dari membaca kata pengantar, saya sudah seperti berada dalam ruangan praktek psikiater. Buku ini benar-benar membawa pembacanya larut dalam renungan-renungan konflik kehidupan.

Tidak hanya itu, buku ini juga memberikan solusi depresi secara umum, sangat cocok dibaca dan dipelajari oleh para penderita depresi maupun yang ingin menyembuhkan para penderita depresi.

 “Depresi bukan merupakan gangguan emosional yang umum seperti rasa marah dan rasa takut. Tetapi orang tidak mencari pertolongan klinis untuk kedua gangguan yang umum tersebut.”

Ada 4 macam penyebab manusia mengalami depresi, yaitu:

1.        Penyalahan Diri
Orang yang larut dalam perasaan bersalah. Ada beberapa penjelasan mengenai kasus penyalahan diri, saya tertarik dengan penjelasan sebagai berikut:

“Jika orang ini menyalahkan dirinya sendiri, ia tergolong orang yang sombong karena ia tidak menyadari bahwa dirinya hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, sehingga ia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri. Apakah pada saat teman kita tertimpa musibah seperti kita, kita lantas menyalahkan dia? Tentu tidak. Maka dari itu maafkanlah dirimu.”

2.        Persoalan Emosional
Hal ini identik dengan kekecewaan. Pembahasan menarik pada poin ini adalah sebagai berikut :

“Teori Emosi ABC, kita dapat mengalami dua macam sakit, yaitu sakit fisik dan sakit emosional. Bila sebuah mobil menyebabkan kaki anda patah, mobil itulah A dan kaki yang patah C. Mobil menyebabkan kaki anda patah. A menyebabkan C. Kita seringkali merasa sakit tetapi tidak ada darah mengalir, tulang patah atau kulit terbuka. Dari mana sakit itu datang ? Dari B, pikiran yang anda miliki mengenai A. Pikiran andalah yang menyakiti anda, bukan perbuatan atau perkataan orang lain terhadap anda.”

3.        Mengasihani Diri
Merasa dirinya terlalu suram. Cara mengatasinya hampir sama dengan Nomor 1&2

4.        Mengasihani Pihak Lain
Terlalu larut dalam memikirkan penderitaan orang. Daripada kita merasa depresi, lebih baik kita marah.

“Karena anda demikian terbeban oleh semua penderitaan yang anda saksikan di dunia ini, apa yang anda dapat lakukan untuk menguranginya? Apakah anda telah benar-benar menyelami keadaan dan membereskannya? Apakah anda pernah menulis surat kepada surat kabar. Misalnya agar keadaan tersebut mendapat perhatian dan diperbaiki?”

Kata-kata “dosa” & “neraka” barangkali bukan satu-satunya penyelesaian absolut dalam mencegah upaya bunuh diri bagi sebagian orang. Oleh karena itu “dosa” & “neraka” butuh dukungan berupa alasan-alasan logis dalam menangani upaya bunuh diri.


 
DEPRESI
Dr. Paul Hauck

PENYUNTING / ALIH BAHASA
Gianto Widianto

PENERBIT
ARCAN

#NekatReview - Confessions Of A Heretic The Sacred And The Profane: Behemoth And Beyond (Pengakuan Seorang Satanist yang Human...





#NekatReview - Confessions Of A Heretic The Sacred And The Profane: Behemoth And Beyond (Pengakuan Seorang Satanist yang Humanis) 

Adam Nergal Darski semakin meyakinkan saya bahwa hidup tidak hitam & putih, hidup ini penuh warna dan serba paradoks. Selain itu juga Nergal mencoba mempengaruhi pembaca dengan sikap kritis yang ada dalam dirinya, ini penting untuk kita semua menanam sikap kritis kepada apa pun yang kita percaya agar tidak terjerumus dalam taqlid buta.

“Actually there Is a lot more to me than that, but sadly there are always people who see the world in just two colours. They only mention Satan. This is how they use me for their political games.“

Masa mudanya di Polandia dihabiskan oleh musik black metal. Baginya, mendengarkan musik black metal akan membuat kita menjelajahi pemikiran yang menunjukkan bahwa: ternyata di dalam dunia yang luas ini ada orang seperti kita. Kamu tidak akan pernah merasa aneh.
 Musik black metal juga sangat mudah untuk berkomunikasi dengan para musisinya karena memang itulah esensi dari komunitas musik underground.

“Black metal showed up at exactly the right moment for me. My youthful, rebellious soul was only just coming to life but, that being said, I had already begun to notice the ubiquitous duplicity of Christian morality.”

 Musik serta lirik black metal yang sangat keras membuat Nergal terlalu serius dalam menanggapi setiap isu-isu yang ada. Sehingga pada saat itu pernah terlintas dalam pikirannya untuk membakar Gereja, tetapi berkat sikap rasionalnya yang kuat ia langsung berpikir untuk melawan mereka bukan dengan kekerasan melainkan dengan pemikiran. Ia tidak mau menjadikan dirinya sendiri sebagai teroris.

“Rebellion is a part of youth. Sometimes it’s dangerous. Instead of a sword, I hold a guitar in my hands. Im in the same, rigid world, but instead of Molotov cocktails, I’ve got a computer. It’s a much powerful weapon.”

Antara tahun 1992 dan 1996, musisi black metal serta para fans nya membakar lebih dari 50 Gereja di Norwegia, beberapa diantara musisinya juga terlibat dalam kasus pembunuhan dan kriminalitas.

“I fight with values not with people. If I really wanted to exterminate Catholics, I would have to start with my own family and then move on to many of my friends.”

Namun terlepas dari profesinya sebagai musisi, Nergal membenci musik jazz. Baginya musik jazz adalah musik yang tidak punya tujuan. 
“They never begin and they never end, I listen to jazz only when I’m staying in a hotel and I’m using an elevator to get my floor.”

Banyak hal yang bisa kita pelajari dari buku ini, Nergal juga bercerita tentang perjuangannya untuk hidup melawan Leukaemia. Penyakit yang ia derita pada masa lampau, menjadikannya hidup dalam aura positif.

Di buku ini, Ia juga menyadari bahwa grup bandnya, Behemoth, adalah band komersil bukan lagi underground. Bagi kalian penggemar Behemoth, kalian akan banyak mendapat informasi dari buku ini mulai dari awal mula Behemoth terbentuk serta informasi-informasi mendetil lainnya.

CONFESSIONS OF A HERETIC
Adam Nergal Darski
Mark Eglinton

PENYUNTING
Tom Seabrook

PENERBIT
A Jawbone book

Dalam hal ini saya sangat bersyukur memiliki beberapa spot membaca di tempat-tempat bersuasana klaustrofobik. Tempat seperti...




Dalam hal ini saya sangat bersyukur memiliki beberapa spot membaca di tempat-tempat bersuasana klaustrofobik. Tempat seperti itu sangat cocok untuk menikmati bacaan berjudul "Kiat Sukses Hancur Lebur" karya Martin Suryajaya. Ditemani dengan beberapa cemilan seperti kopi dan mie instan dengan telur rebus serta cabai rawit hijau.

Saya belum pernah membaca satupun karya buku dari penulis bernama Martin Suryajaya ini sebelumnya. Pada saat itu, saya menemukan buku (yang ngakunya novel) ini hanya dari timeline media sosial, itupun sedang stalking account yang bahkan ga saya follow sama sekali.

Saya sendiri sejujurnya tidak terlalu suka dengan bacaan-bacaan novel. Saya membeli buku ini murni karena terpikat dari judulnya saja. Dalam hati saya bergumam, “Waah kayaknya seru juga nih buku, kayak ada sesuatu yang ga beres didalamnya.” :)

Saya memang lebih suka membaca buku yang bersifat isu-isu sosial dan non fiksi. Menemukan buku ini seperti takdir yang sudah ditentukan oleh semesta.

Awalnya saya berharap dengan membaca “novel” ini lantas akan mengantarkan saya kepada jenis-jenis novel yang akan saya sukai untuk dibaca. Tetapi ternyata… genre bacaan saya tidak pernah berubah walaupun dalam kondisi berserah diri kepada Yang Maha Kuasa.

Memasuki bab 1 dengan mengatur nafas disertai lafal ‘Basmalah’ dalam hati, saya membaca kalimat pertama yang berbunyi:

“KITA sudah terlalu sering cebok. Terlalu banyak cebok itu tidak baik, bisa meningkatkan risiko kanker dan buta huruf.”


Pada kalimat diatas saya berpikir, “Hmm oke, novel ini cukup santai yaa bahasanya.” Dan pada saat yang sama, saya jadi teringat lagunya Kufaku Band, haha...!!

Selama saya menikmati buku ini, otak saya seperti harus memaksakan kehendaknya. Bahwa bacaan ini adalah karya novel fiksi yang menuntut pembacanya untuk menikmati sudut pandang novel yang berbeda.

Dan memang sudah tertulis dibalik buku ini bahwa, “Naskah yang ditulis dengan gaya bahasa seorang pemabuk yang hampir pingsan itu membuat Andi (penyuntingnya) merasa tidak pernah cukup menenggak zat asam”. Dalam artian karya ini mungkin memang tergolong dalam karya eksperimental.

Berikut juga gambar-gambar yang menunjang isi buku tersebut, agar pembacanya lebih mudah memahami isi tulisan dalam buku ini :



Sangat edukatif bukan ? 

Saya baru sadar bahwa didalam karya seni musik pun ada juga yang berjenis seperti ini. Membaca novel “Kiat Sukses Hancur Lebur” seperti menikmati musik-musik kontemporer dan band-band unik karya:

1. Evelyn Glennie (Musik kontemporer)

2. Speak Percussion (Musik kontemporer)

3. Suicide (Punk) pada track berjudul, "Frankie Teardrop".

4. Mesin Tempur (Metal) pada track berjudul "Mana Tukang Indomie", "Mari Membaca" dan "Supir Angkot Goblog". Hanya saja dengan bahasa yang lebih kompleks.

Oiyaa… mungkin Kufaku Band masuk dalam list? Saya selalu berhusnudzon terhadap karya seni siapa saja agar hidup ini terbebas dari rasa iri dan dengki, dalam hal ini karya-karya Kufaku Band yang cukup eksperimental.

Bagi saya predikat "mengerti" setelah membaca buku ini hanyalah sebuah kemewahan. Barangkali dibutuhkan "ilmu laduni" agar mudah mendapat pencerahan, untuk menikmati segala bentuk narasi dan kekacauan yang ada didalamnya.

Saya selalu senang membaca tulisan nonfiksi, apalagi yang bersifat sejarah. Karena ibarat menjelajahi mesin waktu, kita bisa b...


Saya selalu senang membaca tulisan nonfiksi, apalagi yang bersifat sejarah. Karena ibarat menjelajahi mesin waktu, kita bisa belajar dari masa lalu. Yang nampaknya jarang kita sadari bahwa, ternyata di masa lalu dan masa sekarang hanya seperti roda yang berputar. Kisah-kisah serta tokoh-tokoh di masa lalu akan kembali muncul di masa modern dengan gaya dan sudut pandang yang berbeda.

Pada tahun 60-an, masalah-masalah politik Indonesia tidak jauh berbeda dengan masa sekarang. Pada saat itu, Gie menulis sebuah puisi yang berisi:

"Saya mimpi tentang sebuah dunia, dimana ulama, buruh, dan pemuda, bangkit dan berkata: stop semua kemunafikan, stop semua pembunuhan atas nama apapun. Dan melupakan perang dan kebencian dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia, yang lebih baik".

Mirip bukan? Pada tahun 2017 gejolak politik di Indonesia juga masih didominasi oleh tokoh-tokoh dan konflik-konflik yang disebutkan dalam puisi Gie di atas. Kita tidak pernah beranjak rupanya, atau malah semakin memburuk? Entahlah.

Gie menyatakan bahwa ia adalah manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak akan tumbuh dari hipokrasi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat bila mengenal objeknya.

Yaa saya pun sependapat dengan Gie, slogan-slogan paling hits di masa modern ini mungkin tertuju pada slogan “Cintailah Produk-Produk Indonesia”. Dalam hal ini mencintai produk-produk Indonesia juga harus dengan standar kualitas yang memang bisa bersaing dengan dunia, bukan sekedar “Produk Indonesia”.

Mungkin berkat bantuan sosial media, dengan sekejap kita bisa memuji habis-habisan karya-karya seni Indonesia yang mendunia, lengkap dengan hashtagnya #BanggaJadiIndonesia.
Tetapi setelah itu apa yang kita (termasuk saya) lakukan? Semoga tidak hanya berhenti hanya pada puji-pujiannya saja yaa, tetapi juga disupport dengan contoh membeli merchandise atau CD Album/apapun hasil karya mereka, jangan culas dengan hanya membeli karya bajakannya.

Gie bermimpi bahwa di masa depan, Universitas akan mendapat kebebasan mimbarnya kembali. Seorang dosen yang Marxis akan ditantang oleh mahasiswa-mahasiswa dengan dengan literatur-literatur yang non bahkan anti-Marxisme. Dan seorang dosen yang anti-komunis, akan dihujani pertanyaan-pertanyaan bersumber pada buku komunis yang dibaca oleh mahasiswa dalam perpustakaan Universitas.

Barangkali mimpi Gie yang satu ini juga semakin sulit terwujud, tahun 2017 justru kita semakin terasing oleh perbedaan-perbedaan. Semuanya menjadi ekstrim kanan dan ekstrim kiri dan yang memilih untuk tak pada keduanya dianggap tidak memiliki pendirian.

Masalah-masalah dalam kemahasiswaan pada bab ini membuat saya merasa cukup relate dengan apa yang Gie keluh kesahkan. Barangkali saya memiliki pengalaman yang lebih kelam dari Gie, lebih buruk dari guru yang otoriter, lebih buruk dari pengajar yang tidak peduli terhadap murid-muridnya dan lebih buruk dari guru yang tidak kompeten.
Nanti saya akan publish tentang kisah itu dengan judul “Mengabdi Menjadi Murid” pada saat yang tepat suatu hari nanti
 : )  

Membahas masalah tirani para dosen, Gie mengutip kata-kata rekan seperjuangannya, M.T. Zen:

"Hanya mereka yang berani menuntut hak-haknya, pantas diberi keadilan. Biarlah mereka ditindas sampai akhir zaman oleh dosen-dosen korup mereka".


Pada bagian Awal Dan Akhir, Gie menceritakan pengalaman pertama kali ia membaca buku.
Buku pertama yang ia baca adalah buku biografi Karl Marx dan kebetulan buku itu berbentuk komik. Kemudian ia melanjutkan dengan membaca Manifesto Komunis, sastra dari negara-negara  komunis dan segala macam buku.

Dari bacaan-bacaan itulah Gie berpendapat bahwa hidup ini tidaklah hitam putih, tetapi kelabu. Tetapi menurut saya saat ini hidup juga bukan kelabu tetapi penuh warna, paradoks di dalam paradoks.  

ZAMAN PERALIHAN
Soe Hok Gie 

Penyunting 
Stanley dan Aris Santoso 

 Penerbit
MATABANGSA